Bakal calon gubernur (bacagub) DKI Jakarta, Ridwan Kamil mengatakan tidak masalah jika banyak masyarakat yang tidak menggunakan hak suaranya dalam Pilkada Jakarta. Hal ini karena menurutnya golput adalah bagian dari demokrasi di Indonesia.
Kendati demikian, pria yang ingin dipanggil Bang Emil tersebut berharap tidak banyak masyarakat yang melakukan golput ketika hari pencoblosan Pilkada Jakarta.
“Saya juga berharap tidak terlalu banyak yang golput, sehingga kami bisa mencoba netralisir dengan memberikan narasi, solusi, termasuk memberlanjutkan apa-apa yang baik di zaman Pak Anies,” tuturnya di Jakarta, Minggu (15/9/2024).
Sebagai informasi, golput atau kepanjangan dari golongan putih, merupakan sikap tak memilih pada pilihan surat suara di dalam bilik yang dibatasi area bernama tempat pemungutan suara (TPS).
Golput merupakan istilah yang digunakan ketika seseorang yang masuk dalam kategori pemilih dalam Pemilihan Umum (Pemilu) atau Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) memutuskan untuk tidak menggunakan haknya untuk memilih salah satu calon dalam Pemilu atau Pilkada.
Istilah golput muncul jelang Pemilu 1971. Sebutan golput sering dikaitkan dengan sosok Arief Budiman, salah satu tokoh dalam gerakan yang memproklamirkan berdirinya “golongan putih”.
Meski demikian, golput sebenarnya dicetuskan pertama kali oleh Imam Waluyo. Ia adalah salah seorang dalam gerakan bersama Arief Budiman jelang Pemilu 1971.
Jumlah warga golput di Pilkada 2017
Pada Pilkada DKI Jakarta 2017 silam, Komisi Pemilihan Umum (KPU) mencatat sebanyak 5.563.418 atau 77,1% dari total pemilih 7.218.272 orang menggunakan hak suaranya. Sisanya yakni 1.654.854 pemilih atau sekitar 22,9% tidak menggunakan hak pilihnya alias golput.
Angka golput Pilkada DKI Jakarta pada 2017 silam turun sekitar 10% dibanding Pilkada DKI 2012, di mana angka golput saat itu mencapai 32%.
Turunnya angka golput dari Pilkada 2012 ke Pilkada 2017 disebabkan sejumlah hal. Pertama, meningkatnya kesadaran masyarakat untuk turut menentukan calon pemimpin mereka ke depan.
Kedua, figur calon yang ada juga bisa menjadi pemicu orang ke Tempat Pemungutan Suara (TPS) menggunakan hak suaranya.
Tak hanya itu, sosialisasi intensif dari KPU menjadi salah satu variabel golput bisa turun.