Menteri Keuangan Sri Mulyani memaparkan penyebab pertumbuhan konsumsi rumah tangga selama 2023 melambat. Dia mengatakan perlambatan itu tidak terlepas dari efek jangka panjang pandemi Covid-19.
“Ini karena efek rambatan pandemi, sehingga kondisi belum sepenuhnya pulih,” kata Sri Mulyani dalam Rapat Paripurna DPR tentang Tanggapan Pemerintah terhadap Pandangan Fraksi atas RUU Pertanggungjawaban atas Pelaksanaan APBN 2023, Selasa, (20/8/2024).
Sri Mulyani memaparkan penyebab itu untuk menjawab tanggapan Fraksi Partai Kebangkitan Bangsa terkait LPJ APBN 2023.
Fraksi PKB mempertanyakan mengapa konsumsi masyarakat hanya tumbuh 4,82%. Angka tersebut berada di bawah pertumbuhan ekonomi tahun 2023 yang mencapai 5,05%.
Menurut Sri Mulyani, pertumbuhan konsumsi rumah tangga itu sebenarnya relatif baik. Mengingat setelah pandemi Covid-19, masyarakat langsung dihantam oleh tingkat inflasi tinggi, suku bunga global yang tinggi, dan nilai tukar rupiah yang tertekan.
“Aktivitas rumah tangga yang tumbuh 4,82% menunjukkan pertumbuhan yang cukup stabil di tengah terpaan inflasi, suku bunga dan nilai tukar yang tertekan,” kata Sri Mulyani.
Sri Mulyani menuturkan tingkat konsumsi yang stabil itu menunjukkan kondisi perekonomian yang mulai pulih dari pandemi. Dia mengatakan upaya pemulihan memang menghadapi berbagai tantangan, namun dampak dari upaya itu jelas terlihat.