Nilai tukar rupiah dalam melawan dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan hari ini, Kamis (8/8/2024) masih akan menghadapi tekanan dari kekuatan the Greenback dan penantian data pasar tenaga kerja AS.
Dilansir dari Refinitiv, rupiah ditutup menguat 0,8% di angka Rp16.030/US$ pada kemarin Rabu (7/8/2024). Hal ini semakin memperpanjang tren penguatan selama enam hari beruntun.
Pergerakan Rupiah Melawan Dolar AS
Penguatan rupiah pada sepanjang perdagangan kemarin tak lepas dari hasil cadev yang dirilis BI dan cukup mengejutkan pelaku pasar.
Tercatat per Juli 2024, cadev RI berada di angka US$145,4 miliar atau naik US$5,2 miliar dibandingkan periode sebelumnya.
“Kenaikan posisi cadangan devisa tersebut terutama dipengaruhi oleh penerbitan sukuk global pemerintah serta penerimaan pajak dan jasa,” tulis BI dalam siaran pers, Rabu (7/8/2024)
Posisi cadangan devisa pada akhir Juli 2024 setara dengan pembiayaan 6,5 bulan impor atau 6,3 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah, serta berada di atas standar kecukupan internasional sekitar 3 bulan impor.
Berlanjut pada hari ini, pergerakan rupiah tampaknya akan di hadapi sejumlah tantangan, di mana indeks dolar AS (DXY) terpantau kembali menguat di tengah antisipasi pelaku pasar terhadap klaim pengangguran mingguan nanti malam.
Indeks dolar AS kembali berlari kencang begitu pula imbal hasil US Treasury. Indeks dolar AS menguat ke 103,197 pada perdagangan kemarin, Rabu (7/8/2024) yang merupakan level terbaiknya dalam tiga hari terakhir.
Sementara itu, imbal hasil US Treasury tenor 10 tahun meningkat ke 3,97% pada perdagangan kemarin, posisi tertingginya dalam empat hari terakhir.
Kenaikan imbal hasil US Treasury juga bisa memicu capital outflow dari pasar keuangan Indonesia sehingga rupiah bisa tertekan.
Pelaku pasar juga mengalihkan fokus menanti rilis data klaim pengangguran mingguan yang berakhir pada 3 Agustus 2024.
Melansir data Trading Economic, pasar memperkirakan klaim pengangguran akan bertambah 240.000 dibandingkan pekan sebelumnya 249.000.
Pekan lalu, data pasar tenaga kerja sempat mengecewakan pasar yang kemudian mengguncang keseluruhan pasar, akibat memicu peringatan resesi.
Pelaku pasar perlu mencermati kondisi pasar tenaga kerja AS lantaran ini juga menjadi indikator penting selain inflasi yang akan menjadi petunjuk kebijakan moneter bank sentral AS atau the Fed ke depan.
Teknikal Rupiah
Secara teknikal dalam basis waktu per jam, rupiah terpantau masih dalam tren penguatan. JIka berlanjut, penguatan selanjutnya bisa ke bawah level psikologis Rp16.000/US$, atau tepatnya ke support Rp15.990/US$ yang diambil dari low candle intraday 23 Mei 2024.
Sementara itu, jika terjadi pembalikan arah atau melemah bisa dicermati di resistance terdekat Rp16.115/US$ yang bertepatan dengan garis rata-rata selama 50 jam atau Moving Average/MA 50.\