Pengusaha Ramal Dunia Akan “Banjir” Batu Bara, Ini Efeknya ke RI

Sejumlah perahu tongkang batu bara melintas di Sungai Mahakam, Kota Samarinda, Kalimantan Timur, Rabu (24/7/2024). Sungai Mahakam berfungsi sebagai jalur pengangkutan batu bara. Setiap hari di sungai ini dipadati tongkang yang membawa muatan batu bara. (CNBC Indonesia/Tri Susilo)
Foto: Sejumlah perahu tongkang batu bara melintas di Sungai Mahakam, Kota Samarinda, Kalimantan Timur, Rabu (24/7/2024). Sungai Mahakam berfungsi sebagai jalur pengangkutan batu bara. Setiap hari di sungai ini dipadati tongkang yang membawa muatan batu bara. (CNBC Indonesia/Tri Susilo)

Asosiasi Pertambangan Batu Bara Indonesia (APBI) mengungkapkan beberapa negara di dunia seperti China dan India berencana meningkatkan produksi batu bara untuk negaranya sendiri. Hal ini bisa berakibat menurunnya suplai di tengah produksi yang berlimpah.

“Kita masih melihat coal price-nya itu masih tidak bullish ya. Tadi memang saya setuju dengan Pak Ketua bahwa China dan India itu produksinya naik. India akan lebih, memang targetnya adalah 1 miliar (ton) tapi mungkin di angka 900-an (juta ton). Kemudian China itu sudah di 4,4 miliar ton,” ujarnya Deputi Jenderal Sekretaris APBI F Hary Kristiono kepada CNBC Indonesia dalam program Mining Zone, dikutip Kamis (29/8/2024).

Karena hal itu, lanjut Kristiono, kondisi suplai batu bara dunia akan ‘membludak’ lantaran berkurangnya permintaan akan batu bara. “Sehingga akan oversupply karena demand-nya nggak tinggi di masing-masing negara karena growth-nya atau perekonomianya tidak berubah dari tahun lalu,” bebernya.

Di lain sisi, Perhimpunan Ahli Pertambangan Indonesia (Perhapi) mengungkapkan target produksi batu bara dalam negeri tahun 2024 ini yang dipatok sebesar 922 juta ton sulit untuk tercapai.

Ketua Umum Perhapi Rizal Kasli mengatakan target Indonesia untuk memproduksi batu bara tahun ini di level 900 juta ton sulit tercapai dikarenakan berbagai hal. Salah satunya adalah lantaran ketidakstabilan ekonomi global.

“Contohnya misalnya pertumbuhan China yang menjadi barometer konsumsi batu bara saat ini itu sangat rendah di 5% sekian ya. Kemudian juga India dan juga mereka juga meningkatkan produksi dalam negerinya. Sehingga tentu saja impornya bisa mereka kurangi,”ungkap Rizal kepada CNBC Indonesia dalam kesempatan yang sama.

Lebih lanjut, Rizal mengungkapkan pesimistis produksi batu bara tidak mencapai target di Indonesia juga memperhitungkan harga batu bara dunia yang dinilai sangat berpengaruh terhadap sisi suplai dan permintaan di dalam negeri. Belum lagi, produksi dalam negeri juga dipengaruhi oleh kondisi cuaca yang tidak menentu.

“Nah kita juga sekarang memasuki musim hujan. Di beberapa daerah itu sudah mulai hujan. Misalnya kita di Aceh itu sudah sangat tinggi curah hujannya sehingga mengganggu produksi. Dan juga di daerah lain, mungkin Sumatera Selatan yang menjadi lumbung batu bara kedua di Indonesia di samping Kalimantan,” tambahnya.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*