Rupiah menguat terhadap dolar Amerika Serikat (AS) di tengah derasnya dana asing yang masuk ke pasar keuangan domestik dan kekhawatiran pasar secara global.
Dilansir dari Refinitiv, rupiah dibuka menguat 0,15% di angka Rp16.170/US$ pada hari ini, Senin (5/8/2024). Hal ini semakin memperpanjang tren apresiasi yang telah terjadi sejak 31 Juli 2024.
Sementara DXY pada pukul 08:59 WIB turun 0,18% di angka 103,03. Angka ini lebih rendah jika dibandingkan dengan posisi kemarin yang berada di angka 103,2.
Pelaku pasar masih patut mengantisipasi pergerakan pasar yang potensi lebih volatil lantaran ancaman resesi AS, terutama setelah rilis data pasar tenaga kerja di negeri Paman Sam yang melambat tajam.
Pekan lalu, negeri Paman Sam banyak mengeluarkan data penting seperti pengumuman suku bunga, pasar tenaga kerja yang meliputi klaim pengangguran, Non Farm Payrolls (NFP) atau data pekerjaan tercatat di luar pertanian, sampai tingkat pengangguran.
Sebagaimana diketahui, pada pertemuan Federal Open Market Committee (FOMC) The Fed Juli 2024, bank sentral AS ini telah memutuskan untuk kembali menahan suku bunganya di level 5,25-5,50%.
Berbeda dengan rapat FOMC sebelumnya, The Fed pada rapat kali ini juga dinilai lebih jelas soal pemangkasan suku bunga mulai September mendatang. Dalam pernyataannya, The Fed menjelaskan jika inflasi kini sudah mengarah kepada target sasaran mereka di kisaran 2%.
Namun, pasar kembali mendapat ketidakpastian sehari setelah pengumuman suku bunga. Data pasar tenaga kerja mengalami perlambatan tajam. Dimulai dari klaim pengangguran naik signifikan ke 249.000, melampaui ekspektasi yang proyeksi hanya naik 1000 ke 236.000 klaim.
Kendati pasar cukup volatil, namun rupiah terpantau mengalami penguatan didorong oleh net foreign inflow ke pasar keuangan domestik.
Bank Indonesia (BI) merilis data transaksi 29 Juli-1 Agustus 2024 di mana investor asing tercatat beli neto Rp10,27 triliun terdiri dari beli neto Rp5,77 triliun di pasar Surat Berharga Negara (SBN), beli neto Rp2,19 triliun di Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI) dan beli neto Rp2,31 triliun di saham.
Inflow sepekan tersebut merupakan yang tertinggi dalam lima pekan terakhir atau lebih dari sebulan. Inflow mendekati pekan terakhir Juni (Rp 19,69 triliun).
Secara keseluruhan, net buy sudah terjadi dalam enam pekan terakhir dengan jumlah
Total net foreign buy lebih dari Rp46 triliun dalam enam pekan terakhir tentu memberikan angin segar bagi Indonesia.
Lebih lanjut, selama tahun 2024, berdasarkan data setelmen sampai dengan 1 Agustus 2024, investor asing tercatat jual neto Rp28,04 triliun di pasar SBN, jual neto Rp2,20 triliun di pasar saham, dan beli neto Rp173,32 triliun di SRBI.