Emiten rokok asal Kediri, Gudang Garam (GGRM), membukukan penurunan laba bersih 77,74% secara tahunan (yoy) menjadi Rp 992,20 miliar pada triwulan ketiga 2024. Angka ini merosot jauh dibandingkan capaian pada periode yang sama tahun sebelumnya yang mencapai Rp 4,46 triliun.
Anjloknya laba GGRM utamanya tertekan akibat pendapatan perusahaan yang merosot 9,61% yoy menjadi Rp 73,89 triliun dari semula mencapai Rp 81,75 triliun.
Meski pendapatan nyaris turun dua digit beban pokok perusahaan hanya mengalami penurunan 5,34% menjadi Rp 66,57 triliun. Secara spesifik, pita cukai, PPN dan pajak rokok menjadi satu satunya komponen yang biayanya tidak turun malah mengalami kenaikan tipis kendati pendapatan perusahaan turun. Hal ini mencerminkan keengganan perusahaan untuk menaikkan harga agar dapat terus bersaing di pasar rokok yang kompetitif.
Beban pokok yang turun lebih kecil dari pendapatan perusahaan membuat laba kotor perusahaan turun 36% menjadi Rp 7,23 triliun.
Penurunan kinerja keuangan GGRM telah terjadi dalam beberapa tahun terakhir di tengah kenaikan cukai serta pasar rokok yang persaingannya semakin ketat, khususnya untuk segmen bawah.
Laba GGRM terus tergerus setip tahun, sebagai gambaran catatan laba GGRM pada sembilan bulan pertama tahun ini nilainya hanya 13,69% catatan laba GGRM dalam 9 bulan pertama tahun 2019. Padahal dari sisi pendapatan angkanya mencapai 90,42% catatan pendapatan akhir kuartal ketiga lima tahun silam.
Aset GGRM mencapai Rp 85,55 triliun, dengan ekuitas perusahaan tercatat Rp 61,85 triliun yang mana Rp 60,67 triliun di antaranya merupakan saldo laba yang belum direncanakan penggunaannya.
Pada perdagangan Kamis (31/10/2024), saham GGRM melemah 0,88% menjadi RP 14.125 per saham dengan kapitalisasi pasar Rp 27,18 triliun. Saham GGRM sudah lama dalam tren bearish yang mana telah kelihangan 82% kapitalisasi pasarnya dalam lima tahun terakhir.