ESDM Siapkan Alternatif Energi Ini untuk Sumatera Utara

Foto: Proyek PLTA Asahan 3 yang digarap PLN akan mengalihkan aliran air Sungai melewati terowongan (Headrace Tunnel) sepanjang 8 km membelah Bukit Barisan di Sumatera Utara. (Dok. PLN)

Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) membeberkan akan mengoptimalkan sumber energi baru terbarukan (EBT) untuk menggantikan sumber energi penghasil listrik di Sumatera bagian utara (Sumbagut).

Menteri ESDM Arifin Tasrif menyebut, pihaknya akan memanfaatkan potensi Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) dan Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro (PLTM) di Aceh dan Sumatera Utara untuk menggantikan peran gas bumi di wilayah tersebut karena semakin terbatasnya pasokan gas pipa.

Saat ini terdapat potensi pengembangan PLTA dan PLTM yang siap untuk dikerjasamakan (Power Purchase Agreement/ PPA), sebesar 5.087,26 Mega Watt (MW) di Aceh dan Sumatera Utara.

“Kita manfaatkan semaksimal mungkin. Kalau yang PLTA besar itu kan lama, tetapi kalau PLTA yang medium dan kecil-kecil itu biasanya bisa lebih Lebih cepat. Contohnya ini Sumatra Utara yang kita fokus untuk bisa memanfaatkan dulu PLTMH,” jelas Arifin di Kantor Ditjen Migas Kementerian ESDM, dikutip Senin (5/8/2024).

Arifin mengungkapkan, untuk bisa memasok kebutuhan listrik di wilayah tersebut membutuhkan kiriman gas bumi berupa Liquefied Natural Gas (LNG) hingga 16 kargo. Kebutuhan akan LNG tersebut dikirim dari Papua ke Arun di Aceh. Kemudian, dari Arun ditransfer ke Belawan di Sumatera Utara untuk pembangkit listrik.

“Sebenarnya di sana (Sumbagut) masih banyak potensi hidro, ini kita percepat. bayangkan saja ya, di wilayah Aceh dan Sumatra Utara itu ada potensi sekitar 5 Giga Watt (GW), 5.000 MW,” bebernya.

Dari potensi tersebut, yang telah diakomodasi dalam draft Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) 2024-2033 adalah 586 MW untuk wilayah Sumatera Utara, dengan mempertimbangkan keseimbangan suplai dan permintaan di wilayah Sumbagut.

Namun, lanjut Arifin, tidak ada penambahan kuota PLTA maupun PLTM di wilayah Aceh karena masih terdapat kendala infrastruktur transmisi. Dengan begitu, Arifin mendorong pembangunan transmisi dari badan usaha swasta.

“Transmisi yang harus banyak dibangun, dan tidak harus PLN yang bangun, tapi swasta juga kita harapkan bisa masuk dengan kerja sama yang saling menguntungkan. Kalau tidak untung, tidak ada yang mau masuk,” ujarnya.

Selain kuota PLTA dan PLTM di Sumut, dalam draft RUTPL 2024-2033 terdapat kuota PLTA tersebar Sumatera dengan kapasitas 1.200 MW. Adapun potensi PLTA dan PLTM di wilayah Aceh dan Sumatera Utara dapat dikembangkan menggunakan kuota PLTA dan PLTM yang tersebar Sumatera.

Adapun, pada draft RUPTL 2024-2033, untuk wilayah Aceh, terdapat potensi PLTA/PLTM sebesar 3.507,95 MW, yang terbagi menjadi prioritas 1 sebesar 1.694,01 MW, prioritas 2 sebesar 1.463,38, dan lain-lain sebesar 459,86 MW.

Selain dari draft RUPTL, terdapat pula potensi proyek dari usulan badan usaha (BU) sebesar 1.719,21 MW untuk proyek prioritas 1, 969,95 MW untuk prioritas 2, 19,5 MW untuk prioritas 3, dan 112,6 untuk prioritas lainnya, sehingga total potensi proyek adalah 2.836,46 MW.

Sementara untuk wilayah Sumatera Utara terdapat potensi proyek sebesar 1.579,31 MW, terbagi menjadi prioritas 1 sebanyak 207,4 MW, prioritas 2 sebesar 517,62 MW, prioritas 3 adalah 1 MW, dan lain-lain sebesar 701,89 MW.

Untuk usulan BU di wilayah Sumatera Utara, terdiri dari 549,2 MW prioritas 1, 581,4 MW prioritas 2, dan 19,4 MW prioritas lainnya. Sehingga total usulan badan usaha untuk proyek di Sumatera Utara mencapai 1.135 MW.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*