Director Deputy Head Drewry Maritime Services Asia Pte Ltd Jayendu Krishna memproyeksikan pertumbuhan ekonomi di Kawasan Asia Tenggara menyentuh 4%. Dari pertumbuhan tersebut, Asia Tenggara mencatat jumlah Produk Domestik Bruto (PDB) sebesar US$ 3,4 triliun.
Adapun berbagai kontributor pertumbuhan tersebut, yakni jumlah penduduk di wilayah Asia Tenggara yang mencapai 600 juta jiwa. Tak hanya dari segi jumlah, demografi penduduk di wilayah tersebut pun berada di usia 30 tahun.
“Dalam hal profil usia, jika Anda melihat sekitar 50% dari populasi berusia sekitar 30 tahun ke bawah lebih muda,” ungkap dia di gelaran Gastech 2024, di George R. Brown Convention Center, Texas, Amerika Serikat, beberapa waktu lalu.
Diketahui berdasarkan laporan Dana Moneter Internasional (IMF), jumlah penduduk di kawasan Asia Tenggara setara dengan 8,09% dari total penduduk dunia yang mencapai sekitar 8,4 miliar jiwa. Adapun Indonesia memiliki proporsinya mencapai 40,8% dari total penduduk di kawasan ini dengan jumlah penduduk mencapai 277,43 juta jiwa pada 2023.
Kemudian Filipina dengan jumlah penduduk diperkirakan sebanyak 112,89 juta jiwa. Lalu jumlah penduduk Vietnam dan Thailand yang masing-masing 100,35 juta jiwa dan 70,18 juta jiwa.
Sedangkan jumlah penduduk di Myanmar ditaksir mencapai 54,21 juta jiwa dan Malaysia diproyeksikan sebanyak 33,4 juta jiwa. Untuk Kamboja proyeksi penduduk sebanyak 16,15 juta jiwa.
Kemudian, jumlah penduduk Laos yang diperkirakan sebanyak 7,58 juta jiwa. Sementara Singapura dan Timor Leste masing-masing diperkirakan sebanyak 5,66 juta jiwa dan 1,4 juta jiwa.
Terakhir Brunei Darussalam menjadi negara dengan populasi paling sedikit di Asia Tenggara, yakni 440.000 jiwa.
Faktor lainnya, lanjut Jayendra adalah dari segi daya saing. Menurut dia, Sebagian besar negara di Asia Tenggara mampu meningkatkan Indeks Daya Saing yang didasarkan pada empat kriteria, yaitu performa ekonomi, efisiensi pemerintah, efisiensi bisnis, dan infrastruktur.
“Misalnya Indonesia, naik sekitar tujuh peringkat pada tahun ini pada tahun 2024 bahkan lebih tinggi daripada kenaikannya sekitar lima poin,” tambah dia.
Dalam periode 5 tahun terakhir, indeks daya saing Indonesia berhasil menempati posisi 27 pada 2024. Sebelumnya, Indonesia menempati peringkat 34 (2023), peringkat 44 (2022), peringkat 37 (2021), dan peringkat 40 (2020).
Kemudian adalah peringkat risiko di kawasan Asia Tenggara yang tercatat mengalami penurunan. Jayendra menyebut peringkat risiko nantinya berdampak pada pertumbuhan investor.
“Jadi secara keseluruhan, menurut saya perekonomian Asia Tenggara cukup kuat, dan hal ini merupakan pendorong pertumbuhan utama yang akan kita lihat untuk mendorong pertumbuhan di masa depan,” pungkas dia.
Mengenai jumlah populasi Direktur Tanker Minyak Mentah dan Minyak Bumi PT Pertamina International Shipping (PIS) Brilian Perdana mengatakan, hal itu memberikan keuntungan bagi Indonesia, khususnya PIS. Dia menambahkan sebanyak Indonesia dan Filipina menyumbang sebanyak 60% dari pelaut global.
“Jadi saya pikir dalam hal populasi, kita telah memanfaatkan beberapa potensi pengembangan dalam hal pendidikan dan bagaimana membangun kapasitas para pelaut kita,” terang Brilian.